Senin, 30 Januari 2012

Duh Pawana

dan dengarlah sang mawar yang
telah layu
menutur jeritan hatinya;

"duh pawana, kenapa jua kau tak
lagi menyapa di pagi buta ?
duh pawana, adakah kau kan campakkanku
begitu saja ?
karena ku tak lagi sewangi perawan lain
nan baru saja hijrah dari kuncupnya ?
ataukah kau telah memilih mawar lain
di taman asa ?

duh pawana, dengarlah !
mawar mana yang mau layu begitu
saja ?
mawar mana yang mau rantus terdekap
paksaan; dibalik masa ?

selayak mekarku dulu
maka inilah aku yang layu
seperti semerbakku dulu
maka inilah aku yang merimpuh bisu

duh pawana, mengertilah !
aku tak selayak tuhan yang mengatur
segalaku
aku yang fana, mewujud untuk
fana
namun kau yang datang dari negeri asa
meminangku untuk selama-lamanya
seakan rapuh takkan pernah menyapa
seakan layu takkan pernah ada
dan kini kau campakkanku begitu saja

duh pawana, ingatlah !
dulu ku bayar dengan senyuman
air matamu
namun, kini kau tawar air mataku
dengan segudang keangkuhanmu
yang campakkanku ketika layu bertamu"
========================
Bekasi 05 JUNI 2011

Puisi ini juga terdapat dalam Buku Kumpulan Puisi berjudul Aksara Cinta, bagi pengunjung yang ingin membacanya silahkan download Aksara Cinta. Selamat membaca.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar